Islamic literature Headline

Tuesday, April 27, 2010

Adam Sebagai Manusia Pertama

Sigit W - Jakarta

Ajaran / tafsir yang kita terima selama ini mengatakan bahwa Nabi Adam AS adalah manusia pertama di bumi ini, meskipun tidak ada satu ayat pun dalam Al Quran yang secara eksplisit menyatakan demikian. Dengan pengertian itu, maka lahirnya umat manusia yang sedemikian banyak dan beragam ini berasal dari satu ayah dan ibu, yaitu Adam & Hawa. Dengan kata lain, proses regenarasi manusia adalah melalui perkawinan sedarah (satu famili). Sementara itu, ditinjau dari ilmu genetika, (kalau saya tidak salah tangkap) dikatakan bahwa perkawinan dengan keluarga dekat akan menghasilkan keturunan yang buruk kualitasnya (idiot, keterbelakangan mental, penyakit keturunan dsb.).

Lebih buruk lagi adalah perkawinan dari satu pohon keturunan pada suatu titik tertentu justru akan menyebabkan punahnya generasi tersebut (karena tidak bisa lagi punya anak alias mandul). Di samping itu, dalam firman yang lain Allah menyatakan bahwa Dia menciptakan manusia dalam berbagai suku dan golongan agar saling mengenal. Kita tahu bahwa di antara suku dan golongan manusia di dunia ini terdapat perbedaan yang cukup signifikan ditinjau dari berbagai segi seperti bentuk fisik, warna kulit, bahasa dsb. yang sepertinya mustahil kalau mereka itu berasal dari satu pohon keturunan tunggal (Adam & Hawa). Di sini ada kontradiksi antara tafsir dengan ilmu pengetahuan (dhi ilmu genetika yang notabene juga sunatullah). Mohon penjelasannya.


Jawaban:

Ilmu pengetahuan manusia itu selalu berkembang. Apa yang diyakini kebenarannya pada hari, sesungguhnya bisa dipastikan akan ditinggalkan oleh generasi mendatang. Sebagaimana generasi ini mentertawakan aksioma ilmuwan terdahulu yang hari ini tumbang kebenarannya. Dan demikianlah bahwa kebenaran ilmiyah itu sangat relatif dan nisbi berdasarkan perjalanan waktu.

Hari ini sudah jutaan kebenaran ilmiyah yang berjatuhan dan masih ada jutaan lagi yang sedang antri untuk tumbang. Termasuk apa-apa yang sekarang ini sedang kita yakini sebagai kebenaran ilmiyah.

Ingatkah Anda sejarah bodoh ilmu pengetahuan manusia yang awalnya meyakini bahwa bumi itu rata seperti meja, lalu ilmu itu tumbang oleh oenemuan yang berkata bahwa bumi itu bulat seperti bola. Namun kebenarannya pun tumbang karena ternyata bumi itu lonjong atau oval, tidak simetris bulat. Besok akan ada lagi penemuan yang spektatuler yang merunuhkan apa yang sekarang ini dianggap kebenaran.

Sehingga menggunakan kebenaran yang semu dan nisbi untuk menghujat atau menjatuhkan Al-Quran Al-Karim adalah bad idea bahkan ‘idiot thinking’. Al-Quran Al-Karim itu tidak akan tambah gagah meski dibenarkan oleh ilmu pengetahuan dan tidak menjadi ditinggalkan manusia karena untuk sementara dianggap bertentangan dengan kebenaran.

Mari kita garis bawahi tentang ilmu genetika yang terlanjur Anda vonis sebagai sunnatullah itu. Benarkah kebenaran ilmu genetika itu adalah kebenaran final ? Adakah jaminan bahwa dalam 100 tahun lagi ilmu itu tidak segera menjadi mitos orang dahulu ?

Tahukah Anda bahwa bumi Anda pijak dan Anda anggap diam itu ternyata hanyalah sebuah lempeng yang mengambang ? Bukankah selama ini manusia menganggap matahari dan bulan itulah yang mengitari bumi, lalu sekarang ini (untuk sementara) kita sampai pada kesimpulan bahwa bumilah yang berotasi. Tapi siapa yang bisa menjamin bahwa apa yang sekarang ini kita anggap benar, ternyata besok pagi dianggap sejarah kuno yang ditertawakan anak cucu kita ?

Buat seorang muslim yang taat, bila ada sementara anggapan ilmiyah yang sekilas dianggap tidak cocok dengan zahir ayat Al-Quran Al-Karim, maka dia tidak terlalu terburu-buru memvonis bahwa Al-Quran Al-Karim itu yang tumbang. Yang benar adalah kita mengimani apa yang telah Allah SWT firmankan kepada kita, tentang penafsirannya di luar kemampuan akal manusia, kita serahkan kepada Allah SWT untuk membuktikan mukjizatnya.

Keyakinan bahwa perkawinan sedarah itu merusak, memang di dalam Islam pun diharamkan, terutama untuk umat nabi Muhammad SAW. Namun syariat itu tidak berlaku untuk nabi Adam dan manusia yang hidup di zamannya. Di dalam Islam sendiri, menikah dengan sepupu dibolehkan dan bukan termasuk perkara haram.

Untuk kita cukuplah kita iman dan yakin terhadap firman Allah SWT yang di dalam Al-Quran Al-Karim :

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain , dan hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.(QS. An-Nisa : 1).

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujurat : 13).

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa asal manusia itu memang dari Adam. Dan teori evolusi adalah sesuatu yang sudah tumbang sejak awal. Bahkan Darwain sendiri pun ketika menulis gagasannya dalam The Origin of The Spicies sudah dipenuhi dengan keraguan di dalam hatinya. Cobalah baca sejarah buku itu, Anda pasti akan menemukan bahwa teori itu oleh Darwin sendiri diragukan, karena masih ada banyak pertanyaan yang tidak terjawab. Sayangnya kaum evolusionis itu berusaha menutupi fakta-fakta itu. Jadi mirip benar dengan kelakuan ahli kitab di masa lalu yang menutup-nutupi kebenaran dan memutar-balik fakta yang ada di dalam Taurat dan Injil.

Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab,
Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.


sumber : Syariah Online

Pusat Konsultasi Syariah

0 komentar:

Post a Comment